ead MENGATASI PERILAKU BURUK TANPA MEMUKUL ~ KAPHA ACEH

Kamis, Maret 14, 2013

MENGATASI PERILAKU BURUK TANPA MEMUKUL

Anak adalah amanah dari Allah SWT. Anak merupakan asset buat orang tua,masyarakat, agama dan Negara. Menjadi orang tua adalah hal yang paling menyenangkan, apalagi itu merupakan pengalaman untuk anak pertama. Orang tua sering mendambakan anak yang baik,patuh, pintar. Namun, kenyataan itu sering meleset dari prediksi. Menjalani hidup baru dan memerankan sebagai orang tua, sering menerima kejutan dari tingkah laku anak dan itu termasuk perilaku buruk anak.

Sering kita merasa miris saat melihat seorang ibu atau bapak sedang memaki anak, bahkan kontak fisik seperti memukul, mencubit, menjewer dan sebagainya saat anak berperilaku buruk. Padahal banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mengatasi perilaku buruk anak tanpa melakukan kekerasan secara fisik atau psikis. Banyak hal yang menyebabkan anak dapat berperilaku buruk seperti lingkungan yang tidak sehat, pengasuhan dari orang tua yang kurang memadai dan juga penerapan disiplin yang keliru.

Perilaku atau sikap buruk anak bisa bermacam-macam seperti berkelahi (memukul, mendorong dan menggoda), mengamuk dan marah-marah di rumah atau di tempat umum, membantah, berbohong, meludah, bersikap dan berbicara kasar, dan banyak lagi dan itu sangat merugikan kita, orang lain dan anak itu sendiri. Perilaku buruk anak juga sangat menguji kesabaran kita dan memicu kita untuk segera menyelesaikan semua perilaku buruk anak sehingga sering kita salah saat mengambil tindakan.

Banyak factor yang menyebabkan anak berperilaku buruk. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut. Pertama, Korban kekerasan. Anak bisa saja meniru tingkah laku orang tuanya,

Pertama lingkungan rumah atau sekolah yang sering mempertontonkan kekerasan secara fisik. Ayah yang sering menampar ibunya, pak guru yang sering menjewer murid-murid dan lain sebagainya.

Kedua, Frustasi. Ini bisa ditimbulkan oleh berbagai sumber seperti kemarahan orang tua, kurang kasih sayang, atau karena proses pendewasaan yang terhambat, tekanan orang tua yang selalu menuntut anak berprestasi tanpa bimbingan dari orang tua yang maksimal membuat anak semakin drop.

Ketiga, Trauma yang disebabkan oleh suatu peristiwa yang serius baik secara fisik atau psikis. Trauma yang persentasenya yang tinggi adalah trauma akan perceraian orang tuanya.

Keempat, Merasa diri lain dari yang lain. Ada beberapa factor yang anak merasa lain dari yang lain. Misalnya perbedaan fisik (gemuk, kurus, hitam, keriting,dll) sampai status (anak adopsi).

Kelima, Sibling rivalry, sikap bermusuhan dan cemburu diantara saudara kandung. Kakak atau adik tidak dianggap teman bermain dan berbagi melainkan saingan. Ke enam, media massa. TV, Tabloid, Game adalah guru yang sangat mudah didapatkan. TV sering menayangkan tayangan yang tidak pantas dikonsumsi oleh anak seperti film laga yang sering memperagakan pencak silat. Kartun yang sering bermusuhan seperti Tom and Jerry. Game juga merupakan objek pembelajaran anak unutk berperilaku keras seperti PS2 yang sering main perang-perangan dan pencak silat.

Ketujuh,Penanaman disiplin yang keliru juga merupakan factor pembentukan perilaku buruk anak, anak akan mudah tersinggung, malu karena cara didik orang dengan merendahkan anak, bahkan perfeksionis karena orang tua selalu menginginkan anak tampil sempurna, yang menyebabkan anak bertingkah laku seperti anak-anak,melamun , dan sebagainya.

Mengatasi perilaku anak tidak hanya dengan memukul, menjewer atau kontak fisik lainnya, akan tetapi ada beberapa cara untuk mengatasi perilaku buruk anak. Berikut adalah langkah-langkah praktis mengatasi perilaku buruk anak:

Pertama, berikan kesempatan buat anak untuk mengatasi masalahnya sendiri, jika anak berkelahi atau bertindak kasar lainnya dan jangan hiraukan jika anak sedang menyelesaikan masalahnya.

Kedua, Jika masih berperilaku buruk, buat peringatan “ tidak boleh berlaku kasar kepada saudara atau teman”

Ketiga, Beri pilihan “main bersama atau sendiri saja?”

Keempat, Jika masih berperilaku buruk, berikan peringatan dengan konsekuensi “ kalau masih berlaku kasar, kamu tidak boleh ikut mama jalan-jalan sore” (catatan: konsekuensi harus benar-benar dijalankan agar tidak dianggap remeh oleh anak).

Kelima, apabila anak telah berhenti berperilaku buruk berilah pujian yang tulus, menghargai apa yang dikerjakan oleh anak. Ke enam, selain pujian boleh juga memberikan hadiah mainan atau benda lainnya unutk menyenangkan hati anak karena telah berperilaku baik.

Ketujuh, dengarkan ungkapan hati anak, beri pujian jika anak berkata jujur dan beri pengertian jika anak tidak mengerti dampak dari perilaku buruknya.

Kedelapan, hindari suara tinggi dan menggurutu.

Kesembilan, Berikan alasan jika anda melarang anak melakukan sesuatu yang buruk.

dan Masih banyak cara lain juga bisa kita tempuh secara ramah kepada anak. Peran orang tua dalam mengatasi perilaku buruk anak sangat dibutuhkan. Jangan pernah menyerah dalam membentuk perilaku yang baik anak dan keperibadian anak. Hal terpenting dalam mengatasi perilaku buruk anak adalah keterbukaan, rasa percaya, dan sikap tidak terlalu mengekang. Orang tua juga sangat berperan penting dalam mendidik anak dalam hal : memperkenalkan ALLAH (Tuhan) sejak kecil, meningkatkan rasa percaya diri anak, menciptakan komunikasi dan rasa humor yang baik, mengajarkan anak mengendalikan emosi.

Hal lain adalah dalam mengajarkan anak menyelesaikan persoalan mereka, mengajarkan anak minta tolong dan berkata terima kasih, memberikan nutrisi yang tepat buat anak dan menjadikan contoh bagi anak dan mengajarkan keterampilan social bagi anak. Bukan hanya itu, tetapi juga dalam hal memotivasi anak dan menerapkan aturan atau disiplin dan memberikan reward saat anak melakukan peraturan yang ditetapkan. Perlu dicamkan juga bahwa tidak hanya orang tua yang memiliki peran penting dalam mengatasi perilaku buruk anak tetapi peran masyarakat di sekitar, lingkungan sekolah. Artinya untuk mengatasi perilaku buruk anak adalah tugas kita bersama.

0 Komentar:

Posting Komentar