ead Menempatkan Posisi Anak ~ KAPHA ACEH

Selasa, Maret 05, 2013

Menempatkan Posisi Anak

Oleh : Mustawa Samha

Pendidikan seyogyanya adalah sebuah proses memanusiakan manusia yang dilakukan secara manusiawi. Proses yang dirancang dengan penuh kesadaran dan terukur akan mampu mendidik anak didik dan pada akirnya tujuan dari pendidikan itu akan tercapai. Dari tidak tahu menjadi tahu dan memberi tahu dengan pengetahuannya (aksi) adalah bagian kecil dari hasil yang ingin dicapai.
Pengajaran bukan hanya memindahkan informasi dari memori ke memori tapi pengajaran yang berdampak adalah mengajarkan dengan totalitas hati dan spiritual motivasi yang tinggi. Anak yang diajarkan dan yang dididik juga harus ditempatkan pada posisi yang “setara” hingga tidak ada jurang pemisah antara guru dan muridnya. Meminjam kata Al ghazali’’Guru dan murid itu satu hati dalam dua badan”. Bukan berarti pula tidak ada aturan, tapi dengan kondisi ini dimungkinkan untuk menempatkan keduanya pada posisi yang proporsional.
Penempatan posisi anak didik pada posisi yang tepat akan menimbulkan kenyamanan emosional dan memungkinkan target dari pembelajaran akan terlaksana. Anak bukan hanya objek yang diajari tapi disayangi juga dihormati paling tidak karena kemanusiaan yang melekat pada dirinya. Penghormatan atas kreatifitas ide, gagasan, perbuatan, bahkan imajinasi anakpun harus mendapat perhatian lebih,. Dengan perhatian hangat yang diberikan guru akan mendorong kegairahan pembelajaran dan mampu meledakkan tembok penghalang keberhasilan keduanya.
Memposisikan anak secara benar dan tepat akan menjauhkan ke aku an pada guru. Ke aku an yang terkadang melahirkan sikap yang yang bertentangan dengan ruhiyah pendidikan. Benar-salah, baik-buruk, cantik-jelekpun tidak jarang patokannya adalah kacamata guru yang sering kali kacamata itu kabur karena tidak up to date. Pada level ini anak anak sudah tersandera kebebasannya dengan penjara persepsi guru.
Idiom “guru selalu benar” yang sudah tidak terdengar lagi ditelinga terrnyata tidak jarang masih terlihat dari bahasa nonverbal yang dipraktekkan oleh cek gu. Pertanyaan pertanyaan siswa yang bernada koreksi apalagi kritikan dianggap peluru yang akan merendahkan posisi ke aku an guru. Tentu ini akan dibabat tuntas dengan logika panjang nan melelahkan bagi siswa dan sedikit tekanan untuk mengembalikan ke aku an tersebut. Diam adalah pilihan akir yang mesti diambil oleh siswa. Jika pun berbicara hanya pada level kulit luar saja supaya tidak mengganggu zona kenyamanan gurunya.
Anak Anak adalah buku berjalan yang disediakan alam untuk kita membaca darinya. Disetiap waktu kita bisa meneguk pengetahuan dari mereka. Menempatkan mereka pada posisi yang pantas akan memudahkan butir butir pengetahuan tersebut mengalir. Akirnya anak dan guru sama sama mendapatkan sesuatu yang baru. Sediakan ruangan kusus dihati buat mereka maka kita akan mendapati dahsyatnya kekuatan hati yang akan menyatukan guru dan murid…Semoga.

0 Komentar:

Posting Komentar