Alkisah terdapat seorang
petani yang sedang mengadakan penelitian
sederhana. Ia menanam dua
tanaman dengan jenis yang sama pada lahan yang sama. Yang membedakan
hanya bagaimana cara dia merawat kedua tanaman tersebut.
Ia menyirami tanaman
pertama secara rutin tiap pagi dan sore. Sedangkan
tanaman kedua hanya disirami sekali setiap dua hari. Pak tani juga memberikan banyak pupuk untuk tanaman pertama dan hanya
sedikit pupuk untuk tanaman kedua.
Ketika tanaman tersebut dicabut, terdapat perbedaan yang mencolok, dan juga
di luar dugaan kebanyakan orang. Ternyata dibutuhkan waktu kurang dari 2 menit untuk
mencabut akar dari tanaman pertama. Namun yang di luar
dugaan ternyata untuk
mencabut tanaman kedua, dibutuhkan waktu lebih lama yaitu empat menit.
Hal itu bisa terjadi karena tanaman yang pertama
cukup dimanjakan dengan air dan banyaknya pupuk yang ia
dapatkan -disiram secara rutin tiga kali dalam sehari dan diberi nutrisi yang cukup- membuat akarnya “terlena” dan
tidak berusaha mencari ke tanah yang lebih dalam sehingga mudah untuk dicabut.
Hal yang berbeda
terjadi pada tanaman kedua. Mendapat air dan pupuk yang
lebih sedikit dari tukang kebun, maka mau tidak mau akarnya mencari ke sumber
air dan makanan yang lain, sehingga didapatinya akarnya jauh lebih
kuat karena masuk lebih dalam ke tanah dan membuatnya
jadi lebih susah dicabut.
Ternyata penelitian di atas mirip sekali dengan cara orangtua dalam
mengasuh dan membesarkan anak. Bayangkan saja jika orang tua memanjakan anak dengan
mengabulkan semua yang diminta oleh anak.
Bisa jadi sang anak akan bernasib sama dengan tanaman pertama, -Tak kokoh
menghadapi penderitaan & masalah hidup yang terjadi dikemudian hari-.
Didikan pertama
akan menghasilkan seorang anak yang manja, cengeng, dan
kurang semangat juang. Anak akan menjadi pribadi yang lebih
mudah tumbang dan patah semangat dalam menghadapi
kesulitan.
Tanaman yang kedua
menggambarkan kondisi dengan lebih banyak penderitaan, masalah, tekanan hidup. Anak dididik untuk menghadapi masalah dan mencari solusinya. Cara kedua bukan berarti
memberikan anak kesulitan dan membiarkannya menghadapi kesulitan itu dengan
penuh penderitaan. Cara kedua lebih kepada tidak memanjakan
secara berlebihan.
Didikan kedua akan menghasilkan anak yang tahan banting, lebih mandiri dan
lebih tangguh dalam menghadapi kehidupan karena sudah terbiasa menghadapi
kesulitan dalam hidupnya.
Orang tua bebas
memilih untuk mendidik anak menjadi orang yang manja dengan akar yang
rapuh, atau menjadi seseorang yang dewasa dan tegar dalam menyikapi
permasalahan.
Sudah sewajarnya kita
bersyukur dan berterima-kasih atas perhatian dan kasih sayang orang
tua yang sudah diberikan selama ini. Karena dengan
perantara merekalah, kita ada di dunia.http://www.tentanganak.info/2013/04/jangan-pupuk-anakmu.html#more
0 Komentar:
Posting Komentar