ead Jangan pupuk anakmu ~ KAPHA ACEH

Kamis, Mei 02, 2013

Jangan pupuk anakmu

Alkisah terdapat seorang petani yang sedang mengadakan penelitian sederhana. Ia menanam dua tanaman dengan jenis yang sama pada lahan yang sama. Yang membedakan hanya bagaimana cara dia merawat kedua tanaman tersebut.
Ia menyirami tanaman pertama secara rutin tiap pagi dan sore. Sedangkan tanaman kedua hanya disirami sekali setiap dua hari. Pak tani juga memberikan banyak pupuk untuk tanaman pertama dan hanya sedikit pupuk untuk tanaman kedua.
Hal itu terus dilakukan sampai tanaman tersebut tumbuh besar. Ketika tanaman itu tumbuh cukup besar sang petani ingin menguji penelitiannya. Ia ingin menguji kekuatan akarnya. Sang petani pun mencabut kedua tanaman tersebut sampai ke akarnya.
Ketika tanaman tersebut dicabut, terdapat perbedaan yang mencolok, dan juga di luar dugaan kebanyakan orang. Ternyata dibutuhkan waktu kurang dari 2 menit untuk mencabut akar dari tanaman pertama. Namun yang di luar dugaan ternyata untuk mencabut tanaman kedua, dibutuhkan waktu lebih lama yaitu empat menit.
Hal itu bisa terjadi karena tanaman yang pertama cukup dimanjakan dengan air dan banyaknya pupuk yang ia dapatkan -disiram secara rutin tiga kali dalam sehari dan diberi nutrisi yang cukup- membuat akarnya “terlena” dan tidak berusaha mencari ke tanah yang lebih dalam sehingga mudah untuk dicabut.
Hal yang berbeda terjadi pada tanaman kedua. Mendapat air dan pupuk yang lebih sedikit dari tukang kebun, maka mau tidak mau akarnya mencari ke sumber air dan makanan yang lain, sehingga didapatinya akarnya jauh lebih kuat karena masuk lebih dalam ke tanah dan membuatnya jadi lebih susah dicabut.
Ternyata penelitian di atas mirip sekali dengan cara orangtua dalam mengasuh dan membesarkan anak. Bayangkan saja jika orang tua memanjakan anak dengan mengabulkan semua yang diminta oleh anak. Bisa jadi sang anak akan bernasib sama dengan tanaman pertama, -Tak kokoh menghadapi penderitaan & masalah hidup yang terjadi dikemudian hari-.
Didikan pertama akan menghasilkan seorang anak yang manja, cengeng, dan kurang semangat juang. Anak akan menjadi pribadi yang lebih mudah tumbang dan patah semangat dalam menghadapi kesulitan.
Tanaman yang kedua menggambarkan kondisi dengan lebih banyak penderitaan, masalah, tekanan hidup. Anak dididik untuk menghadapi masalah dan mencari solusinya. Cara kedua bukan berarti memberikan anak kesulitan dan membiarkannya menghadapi kesulitan itu dengan penuh penderitaan. Cara kedua lebih kepada tidak memanjakan secara berlebihan.
Didikan kedua akan menghasilkan anak yang tahan banting, lebih mandiri dan lebih tangguh dalam menghadapi kehidupan karena sudah terbiasa menghadapi kesulitan dalam hidupnya.
Orang tua bebas memilih untuk mendidik anak menjadi orang yang manja dengan akar yang rapuh, atau menjadi seseorang yang dewasa dan tegar dalam menyikapi permasalahan.
Sudah sewajarnya kita bersyukur dan berterima-kasih atas perhatian dan kasih sayang orang tua yang sudah diberikan selama ini. Karena dengan perantara merekalah, kita ada di dunia.
http://www.tentanganak.info/2013/04/jangan-pupuk-anakmu.html#more

0 Komentar:

Posting Komentar